Indonesia Darurat Kecelakaan Lalu Lintas

30 Sep 22 09:04:59

Empat kecelakaan yang terjadi di Tol Trans-Jawa di Jawa Tengah dalam kurun waktu 40 hari terakhir merenggut belasan nyawa. Upaya nyata perlu dilakukan agar tidak ada lagi nyawa yang melayang di jalan akibat kecelakaan.

Kecelakaan lalu lintas di jalan tol semakin marak. Dalam 40 hari terakhir, di Jalan Tol Trans-Jawa di Jawa Tengah saja setidaknya ada empat kecelakaan lalu lintas yang terjadi. Akibat peristiwa itu, belasan orang luka-luka dan 14 nyawa melayang.

Dari empat kasus tersebut, tiga di antaranya merupakan kecelakaan tabrak belakang yang melibatkan truk besar. Kecelakaan tabrak belakang yang terakhir terjadi pada Sabtu (24/9/2022) di ruas Semarang-Solo Kilometer 438, Kabupaten Semarang. Lima orang meninggal.

Sebelumnya, kecelakaan tabrak belakang terjadi pada Senin (5/9/2022) di ruas Batang-Semarang Kilometer 375, Batang. Tujuh orang meninggal dan enam lainnya selamat, tetapi menderita luka-luka.

Selain itu, kecelakaan maut menimpa mantan Wakil Menteri Pekerjaan Umum Achmad Hermanto Dardak yang merupakan ayah Gubernur Jawa Timur Emil Dardak, Sabtu (20/8/2022). Kendaraan Hermanto terlibat kecelakaan tabrak belakang di ruas Batang-Pemalang Kilometer 341, Batang.

Selain sama-sama terjadi di jalan tol Jateng, tiga kecelakaan tabrak belakang yang melibatkan truk besar itu punya kesamaan penyebab. Sopir yang mengantuk.

”Kejadian seperti ini akan terus terulang dan tidak akan berhenti sebelum ada tindakan khusus dari negara. Indonesia sudah darurat kecelakaan lalu lintas,” kata Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan Masyarakat Transportasi Indonesia Djoko Setijowarno, beberapa waktu lalu.

Jalan tol disebut Djoko merupakan satu-satunya jalan yang memenuhi standar teknis perancangan jalan antarkota. Kondisi geometeri jalan yang ideal serta kondisi jalan yang terus-menerus lancar tak jarang membuat pengemudi terlena dan memacu kendaraannya dengan kencang. Kendaraan yang dipacu kencang cenderung sulit dikendalikan dan bisa memicu kecelakaan. Oleh karena itu, perlu ada pengawasan ketat terkait pengaturan batas kecepatan kendaraan melalui kamera pemantau.

Kondisi sopir yang prima juga menjadi kunci untuk menghindari kecelakaan. Ketika berkendara di jalan tanpa hambatan, sopir biasanya terlena dan merasa tidak perlu istirahat. Padahal, sopir tidak boleh mengemudi selama empat jam berturut-turut.

Untuk menarik minat sopir beristirahat, pemerintah perlu menyediakan sebanyak mungkin tempat istirahat. Kalau perlu, tempat-tempat istirahat itu dilengkapi dengan tempat tidur sementara yang memadai, fasilitas mandi air panas, dan pojok kuliner yang lengkap.

”Peringatan agar sopir beristirahat setiap empat jam sekali juga harus dipasang di jalan-jalan tol. Ini sebagai peringatan bagi para sopir,” ucap Djoko.

Kebanyakan kecelakaan tabrak belakang melibatkan kendaraan besar yang kelebihan muatan. Kendaraan-kendaraan itu biasanya melaju dengan kecepatan rendah. Padahal, ada batas kecepatan minimal yang harus dipatuhi di jalan bebas hambatan tersebut.

Oleh karena masih banyak kendaraan besar berlebihan muatan yang melintas di jalan tol, pemerintah diharapkan bisa menyiapkan jalur khusus bagi kendaraan-kendaraan tersebut.

Pelaku usaha

Selain pemerintah, pelaku usaha juga punya peran vital mencegah kecelakaan maut. Pelaku usaha perlu mengedukasi para sopirnya untuk beristirahat minimal setiap empat jam sekali. Penyediaan sopir cadangan juga perlu dilakukan supaya tugas mengemudi bisa dilakukan bergantian untuk menjaga kondisi para sopir.
Selama ini, kebanyakan truk yang ditabrak dari belakang belum memiliki rear underrun protection (RUP) atau perisai belakang. Tidak adanya perisai belakang membuat fatalitas akibat kecelakaan meningkat. Tanpa perisai, kendaraan yang menabrak dari belakang bisa langsung masuk ke kolong truk dan memperparah kecelakaan.

Sebaliknya, dengan adanya perisai belakang, kendaraan yang menabrak truk dari belakang memiliki kesempatan mengaktifkan sistem proteksi pasif berupa crash protection box dan airbag. Dengan dua sistem proteksi ditambah sabuk keselamatan, pengemudi dan penumpang punya peluang selamat lebih besar.

”Kewajiban melengkapi kendaraan dengan kelengkapan penunjang keselamatan telah diatur dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 74 Tahun 2021. Aturan ini seharusnya bisa dipatuhi oleh para pelaku usaha. Sehingga, kalaupun kecelakaan, tidak perlu sampai menyebabkan korbannya meninggal dunia atau terluka parah,” ujar Djoko.

Jika pemerintah telah menunaikan kewajibannya menyediakan fasilitas-fasilitas tersebut, pekerjaan rumah selanjutnya adalah menumbuhkan kesadaran pengemudi akan pentingnya mengutamakan keselamatan. Pengemudi harus bisa mengukur kondisi tubuhnya. Mereka harus beristirahat setidaknya empat jam sekali kendati tidak merasa lelah.
Hingga kini, sebagian sopir memilih untuk mengonsumsi minuman berenergi yang diklaim mampu mengembalikan stamina. Hal itu sebaiknya dihindari karena konsumi minuman seperti itu memiliki dampak buruk terhadap kesehatan sopir.

Faktor eksternal

Dalam kecelakaan yang terjadi dalam kurun waktu 40 hari terakhir tersebut, ada satu kecelakaan yang bukan kecelakaan tabrak belakang karena sopir mengantuk. Kecelakaan itu melibatkan 13 kendaraan dan menyebabkan 19 orang terluka serta satu orang meninggal. Kecelakaan tersebut terjadi pada Minggu (18/9/2022) di ruas Pejagan-Pemalang Kilometer 253 Brebes.

Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) memastikan, kecelakaan beruntun itu dipicu oleh adanya asap tebal yang menghalangi pandangan para pengemudi. Asap itu berasal dari pembakaran jerami sisa-sisa panen.

Berdasarkan investigasi KNKT, lokasi pembakaran jerami awalnya berada di sebuah lahan pertanian dengan jarak 50-100 meter dari jalan tol. Karena tertiup angin yang cukup kencang, api bisa merambat hingga ke rumput yang berada di pinggir jalan tol. Menurut para pengemudi, asap membuat jarak pandang ketika itu sekitar 1 meter.

KNKT mengumpulkan data baik dari pengelola tol maupun masyarakat terkait kecelakaan itu. Selain itu, prosedur standar operasi pengelola jalan tol dalam penanganan kecelakaan juga diselidiki.

KNKT ingin mengetahui bagaimana tata cara penyelamatan korban kecelakaan di tol, termasuk berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk membawa korban menuju rumah sakit terdekat. Dalam kecelakaan, waktu emas untuk menyelamatkan korban berjalan sangat cepat. Terlambat satu detik saja, nyawa seseorang bisa melayang.

Interaksi sosial antara pengelola jalan tol dan masyarakat di sekitarnya juga tak luput dari investigasi. Hal itu untuk mengonfirmasi keterangan dari pengelola jalan tol yang menyebut mereka telah menyosialisasikan kepada masyarakat terkait bahaya pembakaran di sekitar jalan tol. Sosialisasi dan edukasi terhadap masyarakat di sekitar jalan tol juga penting untuk mencegah kejadian serupa di masa yang akan datang.

”(Data-data terkait kecelakaan tersebut) Sudah kami salin dan saat ini sedang kami pelajari. Nantinya, dari tahapan ini akan keluar rekomendasi-rekomendasi dari kami agar kejadian seperti ini tidak terulang di kemudian hari,” ucap Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono.

Rekomendasi itu terdiri atas beberapa hal, antara lain patroli yang efektif baik secara langsung di jalan raya maupun melalui kamera pemantau. Saat patroli langsung di jalan, pengelola tol diharapkan membawa tangki berisi air sekitar 500.000 liter untuk mengantisipasi adanya pembakaran di sekitar jalan tol.

Sementara itu, petugas yang melakukan patroli tidak langsung melalui kamera pemantau juga diharapkan fokus. Untuk menghindari petugas kelelahan atau bosan, perlu ada petugas lain yang bisa diajak bergantian. Petugas pengamat kamera pemantau idealnya berjaga berturut-turut selama 50-90 menit. Setelah itu, mereka harus diberi istirahat sekitar 15 menit agar bisa kembali fokus.

Di kepolisian, penyelidikan terhadap pelaku pembakaran jerami juga dilakukan. Penyidik Unit Kecelakaan Lalu Lintas Satuan Polisi Lalu Lintas Kepolisian Resor Brebes hingga kini telah memeriksa 27 saksi, termasuk tujuh pengemudi mobil yang terlibat dalam kecelakaan.

Kepala Bidang Humas Kepolisian Daerah Jateng Komisaris Besar M Iqbal Alqudusy mengatakan, pemeriksaan saksi tersebut ditujukan untuk mengetahui secara detail apa yang terjadi dalam kecelakaan tersebut. ”Pemeriksaan saksi ini untuk melengkapi investigasi saintifik yang juga tengah dilakukan saat ini,” kata Iqbal.

Ia merinci, selain tujuh pengemudi mobil, mereka yang diperiksa adalah 1 petugas tol, 3 petugas patroli jalan tol, 7 petugas mobil derek, 1 petugas rescue, 1 petugas medis, 2 pedagang di tempat istirahat Kilometer 252, dan 2 polisi patroli jalan raya.

Dari kecelakaan-kecelakaan yang terjadi, banyak pelajaran yang bisa dipetik, salah satunya terkait pentingnya menjaga kondisi sopir tetap prima, melengkapi kendaraan dengan sistem pengamanan, dan mengedukasi masyarakat sekitar jalan tol terkait apa yang tidak boleh dilakukan demi keselamatan bersama. Semoga, ke depan, tidak perlu lagi ada nyawa-nyawa yang melayang akibat kecelakaan di jalan tol ataupun jalanan mana pun.

Sumber : https://www.kompas.id/baca/nusantara/2022/09/28/indonesia-darurat-kecelakaan-lalu-lintas?status=sukses_login&status_login=login
Editor:
AUFRIDA WISMI WARASTRI